April 21, 2013

Antara Aku dan Leyla Hana


"Masih banyak tokoh wanita yang jauh lebih baik & lebih layak dijadikan tokoh nasional, tapi kenapa harus Kartini? Mungkin salah satu penyebabnya karena dia menulis." - Satria Nova
Sehari menjelang hari yang diperingati sebagai Hari Kartini, seorang teman di Facebook menulis status di atas. Menarik. Yang paling saya suka dari sosok Kartini memang tarian penanya. Di usianya yang terbilang muda, ia begitu pandai menuangkan gagasan dan kesannya ke dalam tulisan.


.
.
.

mau nyiapin kue buat milad adek dulu. tulisannya dilanjut nanti yaa! #jiaaah ^^v

April 20, 2013

Pelayan Professional

Tadi malam saya dan kawan-kawan ditraktir makan di Roti Bakar Edi (RBE) Cabang Margonda yang belum lama buka. Lokasinya di seberang Gramedia Depok. Strategis banget kan? Tempatnya juga cozy. Ada dua lantai dengan parkiran yang cukup luas. Tapi yang bikin saya heran sebenernya adalah warga Depok -dan Jakarta- kok kayaknya konsumtif banget yaa? Di RBE yang baru buka, pengunjungnya rame. Warung makan yang lain juga kok kayaknya nggak pernah sepi. Yasudahlah #abaikan.


Berhubung saya dan Upa dateng belakangan, kamipun jadi orang yang paling telat memesan makanan.  --Alhamdulillah yah, yang ntarktir masih mau nungguin saya dan Upa yang sebelumnya ada urusan, hehe-- Oke. Pesanan saya sederhana saja. Roti bakar plus es teh MANIS. Upa sendiri memilih kwetiau goreng dan air mineral botol yang dingin.

Beberapa saat kemudian, roti coke saya datang. Disusul oleh kwetiau pesanan Upa dan beberapa menu  tambahan yang juga dipesan teman. Tapi minumnya belum diantar. Oh, yaudah, ditunggu lagi aja.

Pesanan minuman yang tak kunjung datang awalnya sempat terabaikan. Saya dan Upa toh masih asyik mengobrol. Hingga rasa seretpun mulai hadir di kerongkongan Upa. Saya sih biasa minum di awal atau setelah makan. Tapi buat beberapa orang, minum di selasela aktivitas makan itu perlu.

"Kok minumnya belum dateng juga yaa?" tanya Upa.

Mie dan roti di atas piring tinggal setengah porsi lagi tapi minumnya belum jua datang.

"Entahlah," balas saya bingung.

Upa lantas memanggil seorang pelayan. Sang Pelayan kemudian datang dan menghampiri meja kami. Ia mengangguk-angguk saat Upa mengonfirmasi pesanan kami yang belum diantar. Sayangnya, yang saya amati, Si Masnya kok kayaknya lagi ribet yah. Saya khawatir permintaan kawan saya itu dianggap angin lalu saja. Yang saya tangkap, ada beberapa pengunjung yang juga meminta pesanannya segera diantar. Sebenarnya saya melihat pelayannya sudah cukup banyak, tapi entah kenapa segalanya jadi tampak ribet.

Dan keraguan saya pun terjawab. Beberapa menit berlalu sedangkan minuman kami tak kunjung diantar.

Upa, yang memang sudah kehausan, memilih untuk menghampiri seorang pelayan lain. Dari kejauhan, saya melihat Upa berbincang dengan pelayan yang sedang membawa dua gelas jus stroberi di atas nampan. Saya nggak bisa mendengar apa yang Upa bicarakan. Tentunya soal pesanan kami sih --yaa memang apalagi :P-- Namun tak lama, Upa kembali ke tempat duduknya.

"Seandainya semua pelayan bisa bersikap professional, yah!" celetuk saya.

Upa yang masih nggak ngerti saya ngomong apa cuma bisa menatap saya lekat. Mungkin dalam hati dia mau bilang, "Maksudnya?"

"Tadi aku ngeliat Masmas Pelayannya serius banget dengerin pesanan Upa. Kalau yang sebelumnya kan kayak nggak konsen gitu. Feeling aku pesanannya bakal diantar sebentar lagi, nih!" lanjut saya.

"Sayang nggak tahu namanya. Kalau tau kan aku bisa panggil dia lagi."

Ah! Do you know?
Pesanannya benarbenar diantar oleh pelayan yang disambangi Upa, loh!

Rasanya senang aja gitu menemukan ada pelayan yang menjalankan tugasnya dengan baik. Bukan juga karena pembeli adalah raja yah, tetapi ketika seseorang bisa bertanggung jawab dengan pekerjaannya --nggak mesti seorang pelayan restoran-- saya sungguh mengapresiasinya.

Dan tak lama setelah Sang Pelayan menjauh dari meja kami, saya berseru ke Upa, "Aku tahu siapa nama pelayan itu!"

Buat temanteman yang suatu saat nanti ke RBE Margonda, isengiseng perhatikan pelayan dan nama yang tertera di dada kanannya deh. Hahaha. #PentingBanget :P


***
di balik 3 jendela,
21 April 2013 pk. 23.55 wib
di antara beritaberita membahagiakan. Baarakallahu lakuma :)

*foto dari sini

BAW dan Kopdar Yang Berkesan

Pasca tergusur dari Kampung Multiply beberapa waktu yang lalu, sejujurnya saya berada di antara dua rasa: sedih dan bahagia. Sedih karena interaksi dengan teman-teman MPers -sebutan untuk blogger Multiply- tak seintens dulu. Tapi juga bahagia karena saya menemukan satu komunitas maya yang baru, yang mampu memberikan kehangatan dan keakraban seperti ketika berada di Multiply.

Begitulah. Sebelum blog saya di Multiply benar-benar lenyap, sebenarnya saya sudah bergabung di satu grup menulis di Facebook yang menuntut perhatian lebih -kalau nggak mau di-remove. Yah, grup ini memang spesial banget. Dari sekian banyak grup menulis yang saya ikuti, grup inilah yang paling unik.

Be a Writer namanya.

Saya beruntung sekali bisa menjadi bagian dari Be a Writer (BAW) sejak awal grup ini terbentuk sekitar Oktober 2011 lalu. Sang Penggagas, Leyla Hana, merancang BAW menjadi secret group yang berisikan seratus orang penulis dan calon penulis. Setiap harinya kami menyerap ilmu yang dibagikan oleh mentor-mentor serta penulis yang karyanya telah terpajang di toko-toko buku seluruh Indonesia. Ada jadwal harian yang harus dipatuhi member. Ada proyek menulis bareng. Ada kegiatan sosial.

Dan yang tak kalah seru: ada kopdar yang penuh manfaat.

Yaph. Dari sekian banyak momen bersama BAWers, salah satu yang meninggalkan kesan mendalam adalah kopdarnya. Bisa dibilang, ini adalah kopdar perdana saya dengan komunitas yang terbentuk lewat Facebook. Kopdar memang bukan hal yang asing buat saya. Sebelumnya, kegiatan ini sering saya lakukan bersama teman-teman MP. Tapi itupun baru terjadi setelah bertahun-tahun ngeblog. Sedangkan kopdar dengan BAW, nyatanya terjadi dalam waktu kurang dari sebulan sejak saya bergabung dengan grup "gratisan" ini. Wah!

Kopdar Perdana di Gramedia
di antara emak2 keren!
Kopdar perdana dengan teman-teman BAW berlangsung tanggal 18 November 2011. Saat itu, Mba Leyla selaku kepsek grup mengajak para anggota menemaninya untuk bincang-bincang dengan Mba Linda, salah satu editor Penerbit Quanta, lini dari Elex Media Komputindo.

Saya nggak mau melewatkan kesempatan berharga itu. Meski belum begitu akrab dengan sesama anggota BAW, saya memberanikan diri untuk ikut. Maka, hari Jumat itu, untuk pertama kalinya saya bertemu Leyla Hana -yang karyanya pertama kali saya baca ketika masih berseragam putih abuabu- dan teman-teman di grup BAW: Mba Linda, Mba Izti, Mba Anik, dan Mba Nda.

Kopdar di Agromedia
BAWers dan Mba Iwied (kanan)
Beruntung saya tinggal di Jakarta. Dan beruntung pula saya bisa mengenal Mba Leyla yang super baik. Tanggal 9 Mei 2012 itu seharusnya ia cukup datang sendiri ke kantor Agromedia untuk berdiskusi tentang naskah dengan Mba Iwied, editor Bukune. Namun, lagi-lagi ia mengajak kami untuk turut serta agar bisa menyerap ilmu di sana.

Di kopdar yang kedua ini, saya akhirnya bisa bertatap muka dengan anggota yang lain: ada wakasek: Mba Eni, ada Mba Syifa, Mba Elita, dan Mba Yentri. Berinteraksi lewat grup setiap hari membuat kami begitu akrab layaknya keluarga.

Kopdar di Penvill

sesuatu banget deh bisa ketemu Mba Lyta & Mba Santi :">
2 Juni 2012. Lagi-lagi ada yang spesial di kopdar BAW. Meski kopdarnya dilakukan di food court Pejaten Village, tapi tetap ada ilmu menulis yang bisa dipetik, loh! Apalagi saat itu hadir dua tamu jauh: Mba Riawani Elyta, sang wakasek dari KepRi dan Mba Santi Artanti, Si Putri Solo :P

Dalam kopdar kali ini, ada lagi penghuni grup yang akhirnya bisa dijabat tangannya secara langsung: Mba Ade, Mba Viana, Mba Yusi, dan Neng Pita.

Kopdar di IBF
Lama nggak berpartisipasi dalam kegiatan kopdar, akhirnya tanggal 9 Maret 2013 yang lalu, saya hadir kembali dalam kopdar yang berlokasi di IBF. BTW, masih bisa disebut kopdar nggak yaa? Pasalnya, beberapa yang hadir udah sering ditemui di kopdar sebelumnya, hihi.. Cuma satu yang baru pertama kali ditemui: Mba Aida MA. Huaaa.... Masih nggak nyangka deh kalau saya bisa berkenalan dengan para penulis handal. Moga saya bisa menyusul jejak mereka. Aamiin...

Kopdar di Kafe Tjikini
makin heboh kalau BAWers udah kumpul ^^a
Nah, yang masih fresh dalam ingatan adalah kopdar yang diadakan tanggal 14 April 2013 yang lalu ini. Kami diundang oleh Mba Shabrina WS yang akan me-launching bukunya bersama dua pemenang lomba novel Qanita Romance yang lain.

Selain bertemu Mba Shabrina, saya juga bersitatap dengan Mba Tuti, Mba Murti & Mba Gesang. 

Ini nih yang saya suka dari kopdar yang diadakan BAW. Nggak cuma kumpul-kumpul, ketawa-ketiwi, foto-foto. Tapi di balik itu semua, ada obrolan seputar buku yang menarik, ada tips-tips menulis yang terbagikan, dan kobaran semangat untuk menghasilkan karya yang bermanfaat.

... kemudian tersadar. Foto-fotonya berisi kaum Hawa semua yaa? xixixi..

BAW kategori boys :P

Aslinya BAW nggak cuma dihuni oleh para wanita aja, loh! Ada beberapa pria yang juga bergabung di komunitas ini. Tapi karena tempat tinggalnya rata-rata bukan di Jakarta, jadilah nggak ada satupun yang bisa hadir ke kopdar BAW. Kalaupun hadir, mungkin akan lebih sering diminta jadi juru kamera juga #eeh

Ah. Saya sendiri berharap suatu hari nanti akan ada kopdar akbar yang bisa menghadirkan anggota BAW, baik yang di luar Jabodetabek maupun yang kini menetap di luar negeri. 

***



Tulisan ini diikutsertakan dalam giveaway perdana Be a Writer. Giveaway ini dibuat dalam rangka launching blog Be a Writer yang akan menampung ilmu-ilmu yang dibagikan di grup BAW di Facebook. BAW juga memiliki akun Twitter: @bawindonesia. Sila di-follow yaa! ^^b

Yuk ikutan Giveaway-nya juga. Yang bukan anggota BAW juga bisa ikutan kok. Ada 16 Paket hadiah untuk 16 pemenang. WOW banget kan?! Cekidot di sini yaa^^b


***
di balik 3 jendela,
20 April 2013 pk. 02.57 wib
Mba Syifa, Mba Aida, Sholich, saya izin pake foto2 kalian untuk giveway ini yaa ^^v
special thanks to Ila: makasih yaa neng udah nyeret aku ke grup yang keren ini!

April 12, 2013

The Strongest People

Terkadang, orang terkuat adalah mereka yang mampu mengasihi melampaui segala kesalahan, menangis di balik pintu tertutup dan berjuang dalam pertempuran yang tidak ada seorang pun mengetahuinya.

Published with Blogger-droid v2.0.10

April 04, 2013

Serba Instant

Bahkan saat menikmati sepiring spaghetti instant, tetiba saja kerindun merasuk.
Aku rindu masakan rumahan.

Published with Blogger-droid v2.0.10

April 01, 2013

Mengawali April

"Kebahagiaan termudah sekaligus tersulit adalah bahagia di atas kebahagiaan orang lain."

Mengawali bulan April ini, ada begitu banyak berita bahagia yang saya dapat. Ada kawan yang mendapat beasiswa menulis dari penerbit besar. Ada yang tulisannya dimuat di koran dan majalah. Ada yang launching buku baru. Ada juga yang promosi buku -yang ternyata merupakan antologi ke-seratusnya- wah!

Dengan segala berita bahagia itu, saya seharusnya turut berbahagia. Oh, tentu saja. Saya memang bahagia dengan prestasi teman-teman di grup menulis saya. Inilah kebahagiaan termudah yang bisa dimiliki setiap orang. Berbahagia di atas kebahagiaan orang lain. Tapi sejujurnya, ada secuil rasa iri, mupeng, yang membuat rasa bahagia itu -pada satu titik- menjadi teramat sulit untuk diekspresikan. Hanya, kemudian saya sadar, saya tak pantas menyimpan keirian itu. Toh saya memang tak berjuang untuk meraih prestasi di bidang tulis menulis tersebut.

Saya lantas mengingat episode terakhir kontes Asian Next Top Model yang ditayangkan di RCTI. Saat itu, Jessica, salah satu peserta yang berada di posisi tiga besar, mendapat pertanyaan dari Nadia Hutagalung, sang juri: "Kenapa kamu baru terjun di dunia modelling di usiamu yang tak lagi muda?" Saat mengikuti kontes tersebut, Jessica memang menjadi peserta tertua dengan usia menginjak 27 tahun. Dalam dunia modelling, karir emas seorang model berakhir di usia 30 tahun. Jessica dianggap terlambat memasuki dunia itu. Tapi Jessica memiliki alasan yang dapat dimaklumi. Keadaan ekonomi yang sulit serta dukungan keluarga yang minim membuatnya harus menahan sejenak langkahnya untuk menggapai mimpi.

Saya tak ingin menjadikan kisah Jessica ini sebagai alasan untuk berhenti berkarya. Namun saat ini fokus saya memang masih terpecah belah: antara mengajar, mengurus rumah, mengembangkan bisnis kecil-kecilan, dan menulis.

Dan dengan berat hati saya katakan bahwa menulis saat ini telah menjadi prioritas terakhir saya T-T

Ini mungkin tentang mimpi-mimpi yang harus diikat kembali. Mungkin juga tentang semangat menggapai mimpi yang harus diiringi dengan disiplin dalam diri. Apapun, doakan saya yaa, teman-teman!

***
di balik 3 jendela,
1 April 2013 pk. 23.42
"Maka, tunggulah aku. Hingga dua purnama berlalu."

Published with Blogger-droid v2.0.10