December 21, 2012

Film-film Korea Bertemakan Ibu

Menyambut tgl 22 Des yang katanya diperingati sebagai hari ibu, maka saya jadi kepengen review film-film korea yang beberapa waktu terakhir ditonton dan ternyata tiga di antaranya bertemakan tentang ibu. Meski tema utamanya sama, tapi yang menarik, ketiga film ini punya sudut pandang yang berbeda dalam mengartikan sosok seorang ibu. Sengaja saya urutkan review-nya berdasarkan film yang paling keren banget sampai yang keren aja versi saya #halah ^^

Let’s cekidot!

1. A Long Visit aka  My Mom (2010)

Pertama kali dapet kopian film ini dari adek ,langsung dikasih testimoni dari temennya: “lima menit pertama udah bikin nangis, trus nggak brenti2 sampe filmnya selesai.” Oke, buat saya komen itu lebay! Apalagi setelah menemukan fakta bahwa saya baru mulai terharu di menit ke-13, itupun belum sampe nangis #pentingbanget :p. Tapi ternyata, rangkaian momen yang pelan2 disajikan aseli emang bikin emosi memuncak. Walhasil, sedikit aja momen mengharukan muncul, udah buat saya gampaaaang banget menangisinya.

Cerita diawali dengan seorang wanita (Jisuk) yang hendak berkunjung ke rumah ibunya di desa. Dalam perjalanan tersebut, ia mengingat momen di masa lalu sejak ia kecil hingga menikah dan memiliki anak. Jisuk kecil yang pintar diperlakukan dengan sangat baik oleh ibunya. Awalnya Jisuk begitu acuh dengan perlakuan ibunya, bahkan cenderung malu hingga tak mengizinkan sang bunda datang di hari kunjungan orangtua ke sekolah. Namun ketika Jisuk beranjak remaja dan mulai tak tahan dengan keadaan keluarganya -ayahnya sering memukuli ibunya-, sikapnya pada sang bunda berubah. Lewat obrolan Jisuk dengan ibunya, ia meminta ibunya bercerai saja atau pergi ke Seoul.

Ibu Jisuk tak menyetujui permintaan anaknya. “Seorang ibu harus melakukan sedikit pengorbanan,” kata Ibu Jisuk. Meski suaminya sering memperlakukannya dengan kasar, ia memilih bertahan karena jika ia bercerai, maka Jisuk akan sangat kerepotan untuk mengurusi keluarganya.

Oke, selebihnya adalah potongan-potongan cerita ketika Jisuk menerima beasiswa untuk kuliah di Seoul, mengalami pertentangan keluarga saat hendak menikah dengan suaminya, saat sang ayah akhirnya meninggal, dlns (dan lainnya nonton sendiri, hehe). Dan tentu saja setiap potongan cerita itu tak terlepas dari sosok luar biasa ibu Jisuk.

2. Wedding Dress (2010)

Di antara ketiga film tersebut, sebenarnya Wedding Dress-lah yang pertama kali saya tonton. Sejak beberapa waktu yang lalu, saya sudah direkomendasikan film ini oleh teman, sayangnya belum dapet2 kopian filmnya *malesunduh.com ^^v. “Ini film sedih banget,” begitulah komentar yang saya terima. Yaph. Saya sepakat! Apalagi didukung oleh acting keren dari para pemainnya. Kayaknya bakal dipertanyakan deh sensitivitasnya kalo sampe selepas nonton film ini, gak ada satupun bulir-bulir airmata yang jatuh di pipi #eaaa.

Jika film sebelumnya mengambil sudut pandang si anak terhadap ibunya, Wedding Dress agaknya mengambil dua sudut pandang, yaitu ibu dan anak. Go-Woon, seorang single parent bagi anak perempuan bernama Sora, mendapati bahwa kanker lambung yang dideritanya membuat ia menyadari satu hal bahwa usianya tak lama lagi. Karena itulah ia berusaha memanfaatkan sisa waktunya dengan baik dengan memberikan perhatian yang lebih pada anaknya. Sora yang akhirnya mengetahui penyakit ibunya kemudian juga berusaha mewujudkan harapan-harapan Go-Woon sebelum ia meninggal.

Bisa dibilang alur dan endingnya sangat mudah ditebak. Bagi saya, yang menarik di sini adalah konflik batin yang disajikan. Bagaimana Go-Woon yang awalnya sibuk dengan pekerjaannya hingga membentuk pribadi Sora yang mandiri merasa telah kehilangan banyak momen terkait tumbuh kembang sang buah hatinya. Atau tentang Sora yang keras kepala dan tegar tapi ternyata sama seperti anak pada umumnya, tak rela jika harus kehilangan orangtuanya.

3. The Last Blossom (2011)

Dibandingkan dengan dua film sebelumnya, The last Blossom menyajikan konflik beragam dan membawa beberapa kejutan menjelang akhir filmnya. Yah, meski lagi-lagi endingnya bisa ditebak ^^v. Sudut pandang yang diambil untuk film ini lebih meluas lagi, yaitu peran seorang ibu di mata suami, anak, mertua, bahkan adik dan adik iparnya.

Berkisah tentang In-hee yang harus mengurus keluarganya -yang buat saya sih semua anggotanya bermasalah-. Meski suaminya dokter, tapi ia tak terlalu peduli dengan kesehatan sang istri yang mengeluhkan sakit di bagian kandung kemihnya. Mertuanya yang sudah tua -kalau menurut hancinema.net menderita alzeimer- hanya membawa kekacauan di rumah dan sering memperlakukan In-hee dengan kasar. Anak perempuannya terlibat affair dengan teman sekantornya. Anaknya yang laki-laki menghamili pacarnya. Adik laki-lakinya tukang judi. Hadeeeuh, kompleks beut kan masalahnya?

Meski begitu, In-hee amat menyayangi keluarganya. Sayang, ia harus menghadapi kenyataan bahwa rasa sakit yang ia rasakan selama ini harus berujung pada kematian. Mengetahui fakta tersebut, suaminya yang merasa tidak becus sebagai seorang suami sekaligus dokter sebenarnya sudah mengusahakan kesembuhan sang istri. Namun kanker kandung kemih telah menyebar di seluruh tubuhnya dan tak bisa disembuhkan. Lambat laun, satu persatu keluarganya mengetahui penyakit tersebut dan mulai menyadari peran penting yang selama ini dijalankan ibunya di rumah.

Emm, buat yang nggak suka spoiler, saya amat sarankan untuk cukup membacanya sampai di sini. Soalnya setelah ini, saya akan mengungkap ending untuk film tersebut. Sila langsung beri komentar di kolom yang sudah disediakan aja yah ^^v

.
.
.

Oke, mari kita lanjutkan!

Seperti yang saya bilang. Ketiga film ini bisa ditebak endingnya. Yaa apalagi kalo bukan kematian tokoh sentralnya? Eits, tapi jangan salah duga yah. Untuk film pertama, yang mati duluan itu anaknya loh! -Dan entah kenapa penyakitnya nggak jauh2 dari kanker di saluran pencernaan- Meski endingnya bisa ditebak, toh saya tetap tak rela jika tak menuntaskan film ini sampai akhir. Kesan yang didapat dari film-film dengan model seperti ini emang bukan dari endingnya, tapi rentetan cerita yang menyentuh dan membawa pesan-pesan kehidupan.

Ini nggak jauh beda dengan membaca novel. Seberapapun berharapnya saya pada sebuah novel dengan ending yang mengejutkan, tapi kalau nyatanya saya bisa dengan mudah menebak akhir ceritanya, yang saya harapkan kemudian adalah alur yang disajikan membawa kesan mendalam atau diwarnai konflik yang tak biasa (dan tentunya selesai dibahas ketika sampai di bagian ending cerita).

Oya, buat yang menginginkan film yang "bersih", saya sarankan untuk menonton film no.1 dan 2 saja. Meski temanya tentang keluarga, tapi film no.3 menyajikan beberapa potongan cerita yang nggak cocok ditonton anak-anak, baik dalam segi perkataan, kekerasan, maupun tingkah lakunya. Mungkin ini juga yang bikin The Last Blossom ada di urutan ketiga. Memang sih ada beberapa scene yang mungkin mendukung keseluruhan cerita, tapi saya pikir, tanpa harus menyajikan hal-hal semacam itu, sebuah film atau novel tetap mampu memberikan kekuatan cerita dari alur yang digarap dengan baik, seperti dalam film A Long Visit dan Wedding Dress.

Yasuw, begitu saja. Saran terakhir, kalau teman-teman merasa nggak cukup cantik/ganteng ketika menangis, lebih baik menonton film ini sendirian. Hehe.. Jangan lupa sedia tisu sebelum hujan airmata :P

Dan selamat hari ibu buat para bunda di muka bumi ini ^_^

December 17, 2012

Sop Macaroni Buncis

Sore-sore. Hujan-hujan. Belum makan siang. Kondisi kayak gitu jelas bikin perut saya krucuk-krucuk. Cek kulkas, alhamdulillah masih ada beberapa potong ayam yang siap digoreng. Tapi rasanya kurang lengkap aja kalau nggak pake sayur. Sayangnya stok sayur di rumah nggak banyak -padahal emang jarang nimbun sayuran juga, hehe-. Ada buncis, kentang, kacang merah. Kalo dibuat orak-arik buncis kok bosen yah? (baca: cuma tau menu itu). Dipikir-pikir, bisa lah dibuat sayur sop. Kebetulan ada makaroni juga di rumah.

Oke! Googling pun dimulai!

Biasanya yang sering saya cari itu resep-resep dengan bumbu minimalis. Alasannya sederhana, karena di rumah emang nggak biasa nyimpen bumbu, apalagi yang aneh-aneh. Nah, dari resep yang ada, kebanyakan memasukkan kaldu blok atau penyedap ke dalam sopnya. Hmm.. Haruskah? Saya jarang pake bumbu instan itu buat masak. Kalau mau sebenarnya bisa pake kaldu asli dari ayam atau daging. Etapi... *cek kulkas lagi*

Nggak ada ayam ataupun daging. Haha.. Ayam ungkep udah digoreng semua kecuali kepala dan lehernya. Gapapa lah. Kan cuma mau diambil cita rasa ayamnya aja. Sip! Bungkus!

Dan berikut bahan-bahan yang dibutuhkan:
- 4 buah buncis
- 1/2 buah kentang
- 30 gr macaroni
- 1 batang daun bawang
- 1 sdm merica bubuk
- 1 sdt saus tiram
- ayam untuk kaldu
- garam dan gula secukupnya
- air

Cara memasak:
1. Rebus ayam dalam air hingga mendidih.
2. Masukkan macaroni dan kentang. Setelah setengah matang, masukkan buncis dan daun bawang.
3. Tambahkan garam, gula, merica, dan saus tiram.
4. Rebus hingga semua bahan empuk.
5. Sop makaroni siap disajikan.

Trus rasanya?

Sebagai newbie dalam dunia permasakan, menurut saya rasanya nggak mengecewakan. Eatable lah -buat lidah saya :P- Paling agak terasa spicy aja gegara mericanya kebanyakan. Tapi berikut poin-poin yang perlu diperhatikan.

* Kuah sop jadi kuning akibat bumbu ayam yang sudah diungkep sebelumnya. Lain kali pakai ayam atau daging yang masih mentah aja biar rasa lebih natural dan warna kuahnya nggak 'butek' XD

* Jangan pake saus tiram. Asli, awalnya lidah saya bilang rasanya agak-agak rusak. Yaiyalah. Ayam dan tiram itu emang nggak matching. Apalagi buat bumbu sop. Hadeuh, ide darimana sih ini? Padahal di resep nggak ada satupun yang pake saus tiram.

* Beberapa sumber merebus macaroni secara terpisah. Tapi hemat saya, berhubung ada kentang yang kudu direbus agak lama, kenapa nggak digabung aja sekalian ngrebusnya? Saya nggak suka macaroni yang terlalu lembek soalnya. Untunglah hasil akhirnya memuaskan. Kentang dan macaroni empuk bersamaan. ^^b

* Ada situs yang bilang untuk nggak menambahkan tomat. Katanya bikin sop jadi agak masam. Entahlah. Belum dicoba. Tapi tergantung selera kali yah.

Porsi: (harusnya) 2 orang (tapi karna adek saya gak doyan buncis -dan entah keknya gak tertarik liat penampilan sopnya- jadilah sopnya saya habiskan semua)

Selamat memasak!

Published with Blogger-droid v2.0.9

December 15, 2012

Solitaries


Aku memandang kerumunan Pantala di kejauhan. Ada kalanya aku didera rasa iri. Bagaimana rasanya terbang bersama-sama? Aku ingin, tapi aku takut. Terbiasa terbang sendiri membuatku sulit terikat dalam suatu kelompok.

Aku ini Ictinogomphus. Harusnya tak ada kata kesepian dalam kamus hidupku. Bukankah aku terbiasa bertengger sendirian di tepi sungai? Tapi mengapa tiba-tiba aku merasa sepi? Dan, oh, mengapa suara tonggeret itu justru memainkan melodi kesenduan?

Dan hujan yang turun seolah ingin menyaingi hatiku yang gerimis. Aku kebasahan. Dan aku berharap Sang Matahari segera datang dan mengeringkan sayap-sayapku. Aku ingin terbang kembali.

***
Di balik 3 jendela,
15 Des '12 pk. 06.12 wib
Foto dari thaiodonata.blogspot.com

Published with Blogger-droid v2.0.9

December 05, 2012

Anugerah Jurnalistik Aqua 2012


Tahun lalu ikut kompetisi ini dan alhamdulillah masuk 10 besar untuk kategori blogger. Hadiahnya meningkat dibanding tahun lalu, euy! So, mari kita ikutan lagi ^^b

nb: zoom image for more info ^^v

Published with Blogger-droid v2.0.9

December 02, 2012

Banyak Bercerita Sedikit Menulis

Rasanya agak shock juga. Dari 30 hari yang bergulir di bulan November, ternyata saya hanya menyumbang satu tulisan untuk blog ini. Bahkan kegiatan membacapun seolah ikut-ikutan membawa progress yang buruk. Hanya satu buku yang tuntas dibaca. Itupun buku yang sudah beberapa bulan lalu saya cicil halamannya. Haissh..

Saya lantas teringat sebuah komen dari Desti di postingan saya sebelumnya:

"Jika tidak menulis biasanya seorang wanita akan bercerita.. dorongan ini tidak bisa ditahan.. jika tidak dua2nya dia tidak sedang berfikir, tapi sedang merasakan sesuatu yg tidak mudah atau tidak seperti biasanya untuk dibagi."

Tepat sekali!

Akhirnya saya menyadari bahwa apa yang disampaikan kawan saya tersebut ada benarnya juga. Dulu saya biasa menulis di kala malam sebelum mata terpejam. Waktupun masih teramat luang saat itu. Jadi sedikit-sedikit masih ada kesempatan untuk menulis. Hampir setiap hari, ada saja kisah yang saya tuangkan ke dalam blog. Begitulah, saya memang senang bercerita lewat media apapun. Tapi lain dulu lain sekarang. Aktivitas yang mulai padat namun kebutuhan untuk berbagi cerita justru meningkat tajam, membuat saya akhirnya tanpa sadar tak lagi memasukkan kegiatan updating blog ke dalam prioritas utama.

Saya kemudian memilih cara yang lebih instan: berbincang dengan seseorang.

Bersyukur saya memiliki adik yang merangkap sebagai teman curhat. Sebenarnya aktivitas berbagi cerita telah saya lakukan semenjak kepergian ibu beberapa tahun yang lalu. Saat itu adik saya masih duduk di bangku SMA dan rasanya perlu untuk didampingi. Saya lalu mencoba menjadi pendengar yang baik seperti yang ibu lakukan dulu. Lumayanlah, dengan sedikit pancingan cerita, adik saya perlahan-lahan mulai terbuka untuk menceritakan hal-hal menarik yang ia dapatkan selama di sekolah.

me and my lovely sister
Seiring waktu yang bergulir, kebutuhan bercerita itu bukan hanya milik adik saya. Sayapun sering mengambil alih waktu curhatnya, memintanya untuk gantian mendengarkan kisah yang saya alami. Begitulah, di kala pagi, saat mematut di cermin sambil mengenakan jilbab segi empat kami, akan ada satu dua cerita yang terlontar dari mulut yang satu dan sepasang telinga yang siap mendengarkan dari yang lain.

Dan belakangan, kebutuhan bercerita itu rasanya semakin memuncak. Kami lantas secara otomatis menambah jam curhat, seringnya selepas kami beraktivitas di luar rumah. Kadang sambil makan, di lain waktu sambil bersantai di ruang tengah, bahkan tak jarang saat kami sudah dalam posisi siap untuk menuju pulau kapuk. Entah siapa yang memulai curhat duluan, tak jadi soal. Hingga tak terasa satu dua jam terlewati hanya untuk sesi berbagi cerita itu. Apa yang ingin disampaikan telah semuanya dimuntahkan. Menulisnya kembali ke dalam blog? Oh, saya sudah mengantuk, kawan!

Dan boleh jadi, paragraf demi paragraf yang saya tulis ini -lagilagi- hanyalah sebuah bentuk pembenaran atas ketidakmampuan saya mengelola waktu dengan baik. Harusnya saya sudah bisa mengatasi ke-jetlag-an saya akan hal-hal baru yang dua bulan terakhir harus saya jalani. 

Kemudian teringat obrolan dengan Mba Elita saat kami mengunjungi Penerbit Gramedia pekan lalu. "Mumpung masih single, manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk menulis." Ah, rasanya ini bukan kali pertama saya mendapat nasehat semacam ini. Tapi pesan teman di grup menulis saya tersebut seolah menjadi pengingat kembali agar saya bisa serius dalam menyisihkan waktu saya untuk menulis. Ini juga harusnya yang menjadi motivasi saya, apalagi jika mengetahui bahwa yang memberi nasehat itu adalah para ibu rumah tangga atau working mom yang tetap produktif menulis.

Baiklah, mengawali bulan Desember ini, mari mengumpulkan semangat menulis dan membaca kembali! Yosh! Saya pasti BISA!! ^^b

***
di balik 3 jendela,
1 Desember 2012 pk. 23.14 wib
 dan mimpi bertemu ayah serasa menjadi pembuka yang manis di akhir tahun ini :)

November 01, 2012

menulis. kembali.


Rasanya jemari ini mulai kaku. Ada banyak potret kehidupan yang terlewati namun tak jua tertuliskan. Aku pada akhirnya khawatir bahwa sesungguhnya bukan jemari ini yang tak lagi lincah menari, ide yang tak kunjung datang, atau waktu yang tak mau bersahabat.

Boleh jadi, ini soal hati.

Aku masih sulit mengungkapkannya. Tapi ada banyak hal yang dapat dikaitkan. Tentang hati yang bersih, powerfull, yang dapat menggerakkan diri ini untuk menulis kebaikan, menuliskan kebermanfaatan. Tentang tujuan, impian, asa, cita-cita atau apalah namanya. Tentang hati yang lembut, yang ... (aku berhenti cukup lama untuk menuliskan kelanjutan tulisan ini).

Kemudian, aku teringat mereka. Lelaki yang kucintai. Wanita yang kucintai. Yang memberiku banyak kenangan, pelajaran, arti hidup -bahwa hidup untuk mati?- Aku.. aku terbalut rindu yang sangat. Tapi aku bukannya lemah. Aku ingin kau tahu dan tak memiliki rasa kasihan kekhawatiran berlebih. Aku baik-baik saja.

Ini, mungkin saja, hanya sebuah cara agar aku dapat menulis kembali.

 
***
di balik 3 jendela,
1 November 12 pk. 12.09 wib
"Di titik melankolis tertinggi, menulislah!"

Published with Blogger-droid v2.0.9

October 20, 2012

#ROLomba Online Journalism Contest

Info lomba ini dirangkum dari tweet @republikaonline:
  1. Online journalism contest. lomba mnulis weblog dgn tema "memanfaatkn produk @BNISyariah u/ bisnis/klg anda #ROLomba
  2. Syarat dan ketentuan, WNI, berdomisili di wilayah NKRI, memiliki personal web atau personal weblog #ROLomba
  3. Tulisan original, blm pernah dipublikasi di media cetak atau online, berbahasa indonesia #ROLomba
  4. Tulisan tidak mengandung SARA, komplain dan unsur negatif lainnya, panjang tulisan maksimal 4000 karakter #ROLomba
  5. Posting (muat) tulisan tsb pada personal web atau weblog anda #ROLomba
  6. Kirim link tulisan + database utk verifikasi data ke lombamenulis@rol.republika.co.id
  7. Setiap peserta boleh mengirim lebih dari satu tulisan, pengiriman dari tgl 17 oct 2012 s/d 25 oct 2012 pengumuman tgl 31 oct 2012


Info tambahan:
Sobat ROLers yg belum mengirim database (nama, almt, tlp, TTL, pkerjaan) yuk kirim ke kuis@rol.republika.co.id. Akan ada kuis dan event" dari @republikaonline , dan supaya mempermudah verifikasi, so tunggu apa lagi yuk dikiri.

AXIS Blog Competition "Indonesia Melek Digital"


Berikut AXIS beritahukan syarat dan ketentuan (T & C) yang perlu diperhatikan untuk mengikuti Blog Competition, sebagai rangkaian kegiatan 'INDONESIA MELEK DIGITAL' pada 12 Oktober 2012 lalu.


Tema: 'Melek Digital untuk Startup Business'

Periode: 13 Oktober 2012 – 20 November 2012

Syarat dan Ketentuan: 
  • Lomba terbuka untuk Masyarakat Umum, Blogger,Mahasiswa/Pelajar, Penulis dan Penggiat Media Online.
  • Peserta memiliki blog pribadi, baik hosting gratis maupun domain pribadi.
  • Karya lomba harus ORISINIL dan BUKAN HASIL TERJEMAHAN, SADURAN, atau PLAGIARISM.
  • Karya lomba ditayangkan utuh, tidak mengarahkan pembaca  ke website lain untuk membaca karya tulisan.
  • Karya lomba bersifat baru, belum pernah ditayangkan di media manapun dan tidak sedang atau pernah diikutsertakan pada lomba apapun.  
  • Materi konten tidak boleh mengandung unsur kekerasan, SARA, hasutan negative dan juga pornografi.
  • Tulisan yang melanggar ketentuan lomba akan didiskualifikasi.

Mekanisme Lomba: 
  • Peserta hanya diperbolehkan mengirimkan satu tulisan dengan maksimum 3000 kata.
  • Tulisan dapat berisikan foto dan video.
  • Tulisan atau postingan yang dikirim mengarah pada pengalaman atau opini non fiksi terhadap Melek Digital untuk Startup Business.
  • Jika tulisan sudah dipublikasikan di blog pribadi, peserta harus mengirimkan beberapa data berikut ke email: dunia.axis@axisworld.co.id dengan subjek “Melek Digital untuk Startup Business Blog Competition” 
Nama Lengkap
Alamat Url Blog
Tautan langsung menuju artikel yang dilombakan
Alamat Email
Nomor telepon

Penentuan Pemenang:
  • Judul, isi dan nada pemberitaan sesuai dengan tema lomba
  • Karya lomba harus orisinil dan segar 
  • Juri memiliki hak mutlak untuk memilih pemenang dan tidak dapat diganggu gugat.
  • Pemenang lomba akan diumumkan pada tanggal 24 November 2012 di acara So-Me Playground (Social Media Festival) dan juga di blog duniaAXIS.co.id.
Juri:
Ketua: Wisaksono @Ndorokakung
Anggota: Daniel Horan, CMO AXIS
Anggota: Anita Avianty, Head of CorpComm AXIS

Hadiah:
Tiga pemenang tulisan terbaik akan mendapatkan:
Juara I : New Ipad + paket Internet AXIS
Juara II : Samsung Galaxy Tab 2 (10.1) + paket Internet AXIS
Juara III : Samsung Galaxy Tab 2 (7.0) + paket Internet AXIS

Atas perhatiannya terimakasih, Teman AXIS ... (:

October 19, 2012

Semua Ada Masanya


Saya sudah menduganya. Gelas itu akan pecah jika saya meletakkannya di tepi lemari kayu yang ada di ruang tengah. Tapi saya tetap tidak memindahkannya. Hingga saya tak sengaja menjatuhkannya. Gelas itupun pecah berkeping-keping.

Gelas dengan satu kaki itu umurnya sudah lebih dari lima tahun. Awalnya ada setengah lusin di rumah. Biasanya digunakan untuk menyajikan minuman bagi tamu yang datang. Namun jumlahnya terus berkurang. Dan kini bersisa satu gelas saja.

Saya masih ingat, gelas yang pertama kali pecah, sayalah penyebabnya. Waktu itu saya baru saja mencucinya. Kemudian saya letakkan di atas rak piring yang penuh. Tidak beberapa lama, gelas itu terjatuh dan pecah. Serpihannya tersebar di wastafel dekat rak piring.

Ibu sempat marah karena kecerobohan saya. Tapi ayah menenangkan bahwa gelas itu memang sudah sampai masanya untuk pecah. Ah, ya. Terlepas dari segala sesuatu yang harus kita jaga dengan baik, jika memang harus pecah yaa pecah. Saat itu, untuk pertama kalinya saya belajar arti kehilangan.

Saya menulis jurnal ini di Hari Jumat, hari yang penuh keberkahan dan kebaikan. Pada hari ini, saya mendapat banyak kabar duka. Awalnya berita duka yang disiarkan melalui speaker dari masjid dekat rumah sebelum zuhur tiba. Tetangga saya dikabarkan meninggal dunia, entah karena apa. Setelah itu, lewat pesan Whatsapp saya mendapat berita bahwa adik dari kakak tingkat saya di jurusanpun dipanggil Yang Maha Kuasa. Kabarnya, ia memang sudah lama menderita sakit.

Menjelang sore, newsfeed saya merekam jejak status beberapa orang kawan dengan berita yang sama. Seorang saudari nan shalihah harus pergi meninggalkan orang-orang yang dicintainya, termasuk buah hatinya yang baru berusia tiga hari. -dan orangorang baik itu seringkali dipanggil lebih dulu olehNya-. Oh, pastinya di sudut tempat yang lainpun tersiar berita yang sama. Fulan/ah bin Fulan telah berpulang ke Rahmatullah.

Innalillahi wa inna ilaihi rooji'un.

Bahkan gelas saja memiliki akhir masanya. Apalagi manusia? Bukankah kullu nafsin dzaa 'iqatul maut? Jodoh, Rezeki, kematian, semua ada masanya.

Dan kematian adalah sebaik-baik peringatan. Sudahkah kita, sekali lagi, mengambil pelajaran?

***
Di balik 3 jendela,
19 Oktober 2012 pk. 16.52 wib
Seperti ketika Allah memintamu kembali di hari Jumat itu, Yah.. 

Published with Blogger-droid v2.0.9

October 13, 2012

Bangkit dari Keterpurukan Skripsi

Memasuki tahun kelima sebagai seorang mahasiswa, saya dan beberapa orang teman yang belum lulus mencoba berjuang agar kuliah kami selesai di semester kesepuluh. Meskipun lokasi penelitian kami berbeda-beda, tapi kami saling memotivasi agar bisa lulus bersama.

Sayangnya, kenyataan seringkali tak seindah rencana. Cuaca yang tak menentu membuat waktu pengambilan data penelitian saya harus diperpanjang. Saya hanya memiliki waktu sepekan untuk mengolah data dan menuliskan pembahasannya. Sungguh waktu yang teramat sempit. Saya pun tak yakin dapat menyelesaikannya.

Meskipun telah mendaftarkan diri untuk melaksanakan seminar hasil penelitian di semester itu, tapi hingga H-7 saya belum dapat menyerahkan draft skripsi saya ke dosen penguji dan koordinator seminar. Itu artinya, saya tak dapat lulus di semester itu. Tak dapat mengenakan toga bersama teman-teman seperjuangan saya.

Ayah sangat kecewa mendengar kabar bahwa saya harus menambah satu semester lagi. Teman-teman pun menyayangkan keadaan yang saya alami. Dan saya tak kalah sedihnya. Tapi saya mencoba menemukan sebanyak-banyaknya hikmah dari ujian yang Allah berikan pada saya tersebut.

Sejujurnya, saya sangat iri pada teman-teman seperjuangan yang bisa lulus di semester itu. Tapi sebagai teman, saya tak dapat menunjukkannya kepada mereka. Saya mencoba menghadapi kenyataan ini. Tak ingin terpuruk oleh keadaan. Maka, saya pun masih menampakkan diri di jurusan. Tetap menghadiri seminar teman-teman meski dengan langkah yang berat.

Saat itu saya hanya ingin menunjukkan pada mereka bahwa saya baik-baik saja. Meski nyatanya saya tak kuat hati menghadiri sidang kelulusan mereka. Tadinya saya pun tak ingin menghadiri wisuda mereka. Saya khawatir tak dapat larut dalam kebahagiaan para wisudawan tersebut. Namun pada akhirnya saya datang juga dan mempersembahkan senyum terbaik yang saya punya. Senyum yang sebenarnya sangat dipaksakan.

mencoba tersenyum bersama para sahabat yang diwisuda
Tiga bulan semenjak memutuskan untuk menunda kelulusan itu, saya tak jua melanjutkan skripsi saya. Masih tersimpan penyesalan dalam diri. Seharusnya saya bisa lulus bersama teman-teman saya tersebut. Kelulusan teman-teman saya pun masih menjadi bayang-bayang yang senantiasa mengikuti.

Saya ingin sekali segera mengangkat beban skripsi itu dari pundak saya, seperti mereka. Tapi entah mengapa hal itu berkebalikan dengan apa yang saya lakukan. Saya justru tak jua melanjutkan untuk menulis skripsi saya tersebut. Membiarkan kegelisahan karena belum lulus itu bersemayam dalam diri. Berlarut-larut.

And then a hero comes along
With the strength to carry on
And you cast your fears aside
And you know you can survive
So when you feel like hope is gone
Look inside you and be strong
And then you’ll finally see the truth
That a hero lies in you

Di tengah deadline pengumpulan draft skripsi yang kembali menyapa, saya akhirnya mencoba bangkit dari keterpurukan skripsi. Saya seharusnya menjadikan masa lalu saya itu sebagai pelajaran. Saya harus menyelesaikan skripsi saya. Bukankah itu juga yang akhirnya akan membebaskan saya dari bayang-bayang kelulusan teman-teman? batin saya.

Sayapun teringat ayah yang meski kecewa namun tetap memberikan motivasi untuk saya. "Jangan ngecewain Ayah, Ai! Yang semangat!" pesan ayah. Ayah bukan hanya sekali dua kali menasehati saya. Ayah bilang bahwa saya sebenarnya mampu menyelesaikan skripsi ini. Ayah meyakinkan bahwa saya bisa. Saya yang awalnya bebal dengan segala petuah yang diberikan -bukan hanya dari ayah, tetapi juga dari orang-orang terdekat yang begitu perhatian- sedikit demi sedikit bangkit dari skripsi yang membelenggu mimpi saya selanjutnya ini.

Saya akhirnya sadar. Ini tentang saya. Dan bukankah apa yang saya lakukanpun pada akhirnya untuk saya juga? Sesungguhnya kegelisahan itu hanya menghambat kinerja saya. Ketakutan bahwa saya kembali tak mampu menyelesaikan skripsi tepat waktu ternyata hanya membuat saya sulit sekali move on. Seandainya waktu yang saya habiskan untuk menyesali diri sendiri dan iri hati pada teman-teman saya tersebut saya gunakan untuk menyelesaikan skripsi, pastilah saya sudah dapat melaksanakan seminar di awal semester.

Dari pengalaman itu saya belajar bahwa saya memang harus fokus pada tujuan yang ingin dicapai. Menyalakan lilin lebih baik daripada terus mengutuk kegelapan. From Zero to Hero. Saya mungkin memang harus menata kembali semangat saya mulai dari nol. Saya juga harus melawan ketakutan dan kegelisahan dalam diri. Tapi semua terbayar ketika kelulusan itu akhirnya bisa saya raih. Ini bukan hanya tentang bagaimana saya membahagiakan ayah, keluarga, dan orang-orang tersayang, tetapi juga sebagai pembuktian bagi diri saya sendiri bahwa saya BISA bangkit dari keterpurukan skripsi.

tersenyum bersama dekan sekaligus pembimbing skripsi saya

***
Tulisan ini diikutsertakan pada Lovely Little Garden's First Give Away  
 

October 09, 2012

"Dek, Minyak Kayu Putih di Mana?"

"Ai, ada minyak kayu putih, nggak?" tanya ayah saat saya sedang menonton TV di ruang tengah.

"Tunggu," balas saya. Saya kemudian ke kamar mencoba mencarinya di atas meja rias. Seingat saya, terakhir kali saya melihat minyak kayu putih itu di sana. Tapi ternyata nggak ada. Saya lantas mencoba membangunkan adik yang terlelap sejak setengah jam yang lalu. Kemungkinan besar dia tahu karena di rumah yang menggunakan minyak kayu putih hanya dia dan ayah. Saya sendiri kurang suka bau minyak kayu putih dan kawan-kawannya itu.

"Dek, minyak kayu putih di mana?" tanya saya. Saya tepuk-tepuk tangannya agar dia bangun dan memberitahukan di mana minyak kayu putih disimpan.

"Emmm..." Yang ditanya hanya merespons dengan mengubah posisi tidurnya.

"Dek, minyak kayu putih di manah?" tanya saya lagi, dengan sedikit penekanan. Kali ini saya goyang-goyang tangannya agar dia semakin tersadar dari tidur lelapnya. Saya pikir, saya harus segera mendapatkan minyak kayu putih itu agar ayah tak lama menunggu.

Adik sayapun akhirnya menjawab sekenanya, "Coba Kak Ai diri.."

Heh? Berdiri?
Untuk apa cobaaa??

"Di mana minyak kayu putihnya??" tanya saya yang mulai tidak sabaran. Kalimat tanyanyapun saya ubah. *Padahal kalau tetap bertanya dengan gaya yang sama nggak akan dapet gelas cantik juga, khekhe.. *

Tapi, sodara-sodara, yang bikin saya akhirnya memilih untuk tertawa sejenak sebelum lanjut melakukan pencarian terhadap sang minyak kayu putih adalah jawaban adik saya itu.

Katanya...


"Coba Kak Ai berdiri, ntar dia bunyi.."


Dalam hati Si Kakak: ???^$%*&(_%$@#+&":%#!
*Mengigau yang aneh.


***
Cerita di atas based on true story dan telah mengantongi persetujuan Sang Adik untuk dimuat di blog kakaknya. Semoga bisa menghibur Siiqebo dan kawan-kawan semua 

Oya, cerita ini pernah saya tulis di blog Multiply yang sebentar lagi akan digusur. Bagi yang ingin ikut kuis lucu ini, sila lihat infonya di sini

October 08, 2012

[#FF2in1] Jangan Sekarang!

Aku masih mematut diriku di depan cermin. Gaun-gaun yang sudah kuseleksi sejak seminggu yang lalu tergeletak berantakan di atas kasur. Gaun warna krem dengan renda emas itu akhirnya kupilih untuk menghadiri pesta pertunangan temanku.

"Katanya mau berangkat jam tujuh, tapi udah hampir jam delapan gini kamu masih mendekam di kamar. Acaranya jam berapa sih?"

Mama yang sudah berdiri di depan pintu kamarku tak henti-hentinya mengomentariku yang dianggapnya lelet. Duh, Mam, please, deh! Di saat seperti ini harusnya bantu aku memilih jilbab mana yang akan kupakai, kek! batinku. Jangan sampai apa yang baru saja kukeluhkan terdengar mama. Bisa-bisa tambah banyak ocehannya.

Sepuluh menit berlalu.

"Itu Mang Ujang udah manasin mobil dari tadi. Jangan-jangan pestanya juga udah selesai, deh!" lanjut mama. Aku hanya mengiyakan setiap perkataan mama. Bukan saatnya untuk beradu argumen, pikirku.

Kakiku tinggal selangkah lagi menuju pintu saat kemudian kusadari ada masalah besar yang siap menggagalkan rencanaku. OH, TIDAAK! Jangan Sekarang...! teriakku dalam hati. Keringat dingin mulai membasahi keningku.

Secepat kilat aku memutar balik tubuhku. Kulayangkan senyum getir ke arah mama yang masih berdiri di ujung tangga. Setengah berlari aku menuju kamar mandi di dekat dapur, meninggalkan mama yang melihatku penuh tanda tanya.

Ini gara-gara rujak mangga yang kumakan siang tadi, Mam! jawabku dalam hati.

[#FF2in1] Terlalu Cepat


Lagi-lagi dia menjadi orang pertama yang memberiku ucapan selamat ulang tahun. Aku pada akhirnya terbiasa dengan perhatian yang ia berikan. Kadang ia mengecup keningku penuh cinta saat aku bangun dari tidur. Atau ia menungguku di ruang tengah sembari menonton berita olahraga. Dan kali ini, ia memiliki cara lain yang belum pernah ia lakukan sebelumnya: mengirimkan pesan dari ponsel kunonya.
met ultah, cantik. smg pjg umur & tcapai apa yg dicita2kan.

Aku sebenarnya tak terlalu menspesialkan tanggal kelahiranku itu. Hanya tanggal yang harus kuingat setiap kali mengisi biodata. Tapi aku tak ingin membuatnya kecewa atas sikapku yang tak terlalu peduli dengan tanggal lahirku sendiri. Terlebih, aku merasakan kehangatan cinta yang ia berikan untukku lewat rutinitasnya tersebut.
Segera saja aku bangkit dari kasur empukku. Kuhampiri ia yang kini sedang asyik menatap Wave of Love kesayangannya. Matanya yang sayu seolah menjadi jawaban atas kekeliruan yang ia buat pagi ini.
“Terlalu cepat, Yah. Ulang tahunku baru besok,” kataku lembut di telinganya. Baru kali ini aku mengingat dengan baik ulang tahunku.

October 05, 2012

Mengatasi Radang Tenggorokan

Jika kamu merasa sakit saat menelan, suara menjadi serak, batuk, sakit pada otot dan sendi, keluar cairan ingus mucus, mulut berbau tidak sedap, dan sebagainya. Berhati-hatilah! Itu adalah tanda-tanda penyakit radang tenggorokan.

Dan itulah yang saya rasakan sekarang ini. Terasa sakit saat menelan. Rasanya tenggorokan ini pahit serta kering.  Inginnya dilewatin air terus, apalagi es jeruk. #eh

Kok bisa sih..?

Faringitis, bahasa kerennya radang tenggorokan, adalah sebuah penyakit yang menyerang tenggorokan atau faring. Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau kuman streptococus beta hemolitikus, disebabkan daya tahan yang lemah. Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena kuman. Gejala radang tenggorokan seringkali merupakan pratanda penyakit flu atau pilek (Sumber: Wikipedia)

Hah, iya! Sepekan terakhir saya memang rajin minum air dingin di pagi hari. Beberapa kali saya juga menerobos hujan karena ada jadwal mengajar yang harus ditunaikan. Di musim pancaroba ini, sepertinya orang-orang memang mudah sekali sakit. Mungkin karena perubahan dari panas ke dingin yang sayangnya tidak didukung oleh kondisi tubuh yang fit.

Cara paling murah dan sederhana mengatasi radang tenggorokan yaitu dengan istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi. Karena sebenarnya radang tenggorokan itu bisa sembuh sendiri meski tidak diobati. Namun, untuk balita yang terserang penyakit ini harus segera diobati karena umumnya penyebab faringitis pada balita disebabkan karena kuman. Kalau nggak diobati bisa jadi penyakit pernafasan yang akut, kelainan ginjal, bahkan penyakit jantung. :O (Sumber: milis Nikita)

Hmm... Inilah yang membuat muncul ungkapan Sehat itu Mahal. Dan tentu saja, sehat itu juga Nikmat.
 
Makanya, saya mengingatkan kepada teman-teman yang saat ini sedang menderita radang tenggorokan [termasuk saya ^^a], untuk mengikuti saran-saran berikut:
 
  1. Istirahat yang cukup [cukup susah memang buat yang lagi dikejar deadline :D]
  2. Banyak-banyak makan sayur dan buah-buahan. [sumber vitamin dan kaya serat looh!]
  3. Jangan makan goreng-gorengan. [enak siy, apalagi pas musim ujan gini. tapi bikin sakitmu tambah parah!]
  4. Hindari makanan yang mengandung zat perasa yang kuat, contohnya mie instan [ini ujian berat buat yang jarang masak, hehe]
  5. Banyak minum air putih, min 8 gelas sehari.[ cairan tubuh itu penting looh!]
  6. Minum obat: antibiotik, obat batuk, obat pilek, obat pusing..[inget, sesuai dosis yaa!!]
  7. Minum ramuan tradisional. [dibahas setelah ini]
  8. Minum susu putih atau susu beruang [bukan buat saya. Nggak suka susu >_<"]
  9. Jika sakit berlanjut, konsultasikan ke dokter [mungkin aja bukan radang tenggorokan biasa..]
  10. Banyak-banyak berdoa. [seiring dengan usaha kita nih ^^b]

Dan berikut adalah beberapa ramuan tradisonal dan modern yang bisa diterapkan untuk mengatasi radang tenggorokan:

  1. Minum air perasan jeruk nipis/lemon hangat. Kalau mau murah, pakai jeruk nipis aja. Tapi kalau mau enak (secara rasa dan aroma) bisa pakai lemon.
  2. Minum madu+air hangat. Mengkonsumsi madu langsung tanpa dicampur air hangat juga ena sih!"
  3. Minum air garam, caranya: campurkan satu sendok teh garam ke dalam seperempat gelas air mineral. Diminum saat baru bangun tidur.
  4. Minum minuman isotonik. Saat sakit, cairan tubuh kita berkurang, apalagi kalau jarang minum. Jadi, minuman isotonik bisa jadi pengganti ion yang baik. ^^b
  5. Minum Adem Sari. Dibayar berapa yaa saya buat promosi jamu ini? :D! Yang jelas, waktu liat iklannya di TV, tenyata radang tenggorokan juga salah satu gejala panas dalam.
  6. Minum jamu sambiloto. Weeew.. Nggak kebayang gimana pahitnya jamu ini. Silakan yang memang mau coba! Kalau mau bikin sendiri, resep bisa dicari di google. #malesnyari :D
  7. Makan kencur. Hmm.. Ini tips yang cukup saya dihindari. Siapa yang mau makan kencur yang sudah dikupas dan dibersihkan begitu aja? Kalau ditambah selai stroberi mungkin lebih enak #eh
  8. Makan irisan jeruk nipis+kecap. Selain diminum air perasannya, memkna langsung jeruk nipis katanya juga bisa melegakan tenggorokan. Asam dicampur manis.. Hmm.. Paduan yang klop! Kalo resep dari ayah, justru bukan pakai jeruk nipis, tapi pakai tomat![udah dicoba dan enak..!]
  9. Makan buah. Kita tahu bahwa buah itu kaya akan vitamin C. Beberapa kawan menyarankan untuk mengonsumsi tablet vitamin C atau minuman C1000 *sebut merk lagi ^^v* Tapi, sesungguhnya tubuh kita hanya membutuhkan vitamin C kurang dari 100 mg. Kelebihannya akan dibuang bersama urin. Jadi, nggak usah beli vitamin C sampai 1000 mg lah.
  10. Minum air rendaman logam-logam. Ini resep dari teman saya. Agak-agak ragu sih dengan tips ini. Beneran ga sih? Ada yang mau coba? Caranya, rendam logam-logam, seperti paku dan jarum pentul dalam segelas air mineral. Setelah beberapa menit, minum air rendaman tersebut. Bila sakit berlanjut, hubungi dokter! #sesat XD

Karena nggak tahan dengan asamnya si jeruk nipis, akhirnya saya mencampurkannya dengan madu ^^

Buat teman-teman yang sedang sakit tenggorokan atau sakit lainnya, semoga cepat sembuh yaa! ^^b

"Ada orang-orang beriman yang tekad jihad di hatinya begitu kuat, namun Allah menghentikan langkahnya untuk beristirahat sejenak di tempat tidurnya, maka istirahatnya pun akan bernilai jihad! Syafakillah.."*
 *SMS seorang kawan. 
Jihad di sini berarti bersungguh-sungguh untuk melakukan sesuatu

***
di balik 3 jendela,
5 Oktober 2012 pk. 07.23 wib
daur ulang dari tulisan di blog Multiply