July 18, 2013

Mendampingi Si Adik

Saya dan adik biasa menangis diam-diam. Kecuali sebab yang melibatkan kami berdua, tak pernah sekalipun saya menemukannya sedang menangis sesenggukan. Paling-paling cuma bekasnya saja yang terlihat, seperti mata sembab atau hidungnya yang tiba2 meler. Tapi tidak dengan hari ini.

Sekitar pukul sepuluh pagi adik saya muntah-muntah. Tiga hari terakhir kesehatannya memang kurang baik. Dan sejak semalam makanan bahkan minuman sulit sekali bertahan lama di dalam tubuh. Tak lama, saya mendengar suara tangisan adik dari kamar tengah. Makin lama makin kencang. Sayapun segera menghampirinya.

"Ayah... Ayah....." katanya sambil terisak.
"Kamu kenapa?" tanya saya, berusaha tenang. Saya cek keningnya, MasyaAllah, panas tubuhnya cukup tinggi.

"Kangen ayah..." balasnya.

Hmm... Sampai di sini hati saya ikut bergolak. Dear my sista, me too. Really miss him. Tapi kenapa momennya pas kamu sakit gini sih? Batin saya. Saya hampir ikut menangis juga.

Dalam kondisi ini saya memang bukan tipe orang yang romantis atau peduli. Saya kadang memilih untuk membiarkan perasaannya itu larut sendiri. Saya tak ingin terbawa arus. Maka, saya tinggalkan ia. Saya pikir, tak apa menikmati rasa sedih akibat kerinduan yang mendalam ini sekali-kali.

Sebelum adzan zuhur, kami akhirnya memutuskan membawa adik ke RS untuk tes darah. Awalnya saya hanya menganjurkan adik periksa di dokter dekat rumah. FYI, saya alhamdulillah nggak pernah dirawat di RS dan cukup anti berobat. Jadi kalau sakit (flu/demam) saya biasa memilih mengobatinya dengan banyak makan terutama buah dan istirahat yang cukup. Tapi, kakak ipar saya bilang kalau panasnya yang 3 hari tak kunjung turun dikhawatirkan akibat virus yang membobol imunitasnya.

Benar saja. Adik saya positif mengidap penyakit tifus dan DBD. Dokter menyarankan agar adik dirawat inap mengingat makanan yang juga tak kunjung masuk.

Sebagai kakak, tentu saya bertanggung jawab terhadap apa yang dialami adik saya ini. Sayalah yang sehari-harinya bersama dia dan seharusnya menyediakan makanan bergizi. Meski sebenarnya saya tak perlu merasa terlalu bersalah pula. Adik saya ini sudah 21 tahun. Dengan aktivitasnya yang padat, harusnya ia bisa mengatur waktunya dengan baik, terutama soal makan. Udah gede kok! Tapi bagaimanapun, adik tetaplah adik. Dan sebagai kakak, saya merasa tak bisa menjalankan peran dengan baik.

Tak pernah terpikir bahwa Ramadhan ini akan saya jalani di rumah sakit. Ini bukan kali pertama. Sebelumnya, pernah pula saya sahur dan berbuka puasa saat ibu dirawat dulu. Kini, meski saya masih juga amateur sebagai pendamping orang sakit, saya hanya ingin adik saya tahu, bahwa meski ayah dan ibu telah tiada, ia masih punya kakak yang akan menemaninya. Kakak-kakak kami yang lainnya pun tak kalah dalam mencurahkan perhatiannya untuk adik saya yang satu ini.

***
Cattleya,
18 Juli 2013 pk. 00.22 wib
Betapa sehat itu nikmat. Syafakillah adikku..

Published with Blogger-droid v2.0.10

July 07, 2013

Kado Terindah

Sore tadi saya berkunjung ke rumah seorang kawan. Saya berencana mengembalikan barang yang saya pinjam sebelumnya. Kawan saya sebenarnya tidak ada di rumah. Tapi saya tetap memutuskan ke rumahnya. Saya pikir ini lebih baik dibanding dia yang harus ke rumah saya, tentu akan merepotkan. Toh di rumahnya ada Sang Bunda yang sudah saya kenal dengan baik.

Kedatangan saya disambut oleh ibu kawan saya tersebut. Kalau saya tak salah hitung, rasanya sudah hampir setahun saya tak berjumpa dengan beliau. Sebelumnya beliau sempat terserang strok ringan. Maka, ketika saya mendapati ibu kawan saya ini tampak jauh lebih sehat dibanding hari-hari yang lalu, saya menjadi begitu senang. Allah sebaik-baik Penyembuh.

Saat itu saya tak menyangka bahwa suasana begitu cepat berubah menjadi sedemikian melankolis.

Awalnya kami saling bertukar kabar. Ini tentu bukan sekadar basa-basi. Di dalam tanya tentang kabar itu sejatinya terkandung rasa syukur atas kehidupan yang terjalani. Tak lama berselang, saya menemukan mata Sang Bunda mulai berkaca-kaca. Tepatlah dugaan saya. Beliau teringat kondisi saya yang memang tak lagi memiliki orangtua. Rasa iba yang mendalam tergambar dari airmatanya yang perlahan menetes.

Saya terdiam sejenak. Saya mencoba melemparkan senyum yang terasa getir. Mata saya mulai memanas. Yaa Rabb, saya tak ingin menangis di depannya. Saya sesungguhnya ingin sekali mengatakan dengan lantang bahwa saya baik-baik saja. Saya tak sendiri, masih ada kakak-adik serta saudara yang senantiasa mendukung dan menguatkan langkah saya. Namun, suasana haru begitu cepat merasuk ke dalam kalbu. Speechless.

"Alhamdulillah keluarga udah bisa menerima kondisi ini, Bu," ujar saya sambil mencoba menahan airmata air tak tumpah.

Saya lalu mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Obrolan sempat teralihkan seputar pekerjaan dan bercerita tentang kondisi kesehatan ibu kawan saya. Tak lupa terselip pertanyaan umum seputar kapan saya menggenapkan separuh Dien. Suasana sejatinya belum benar-benar kembali normal. Saya masih juga memendam haru, apalagi saat ibu kawan saya ini terdiam sejenak, mencoba mencari kata-kata yang setimpal dengan pertanyaan "kapan menikah?". Ah, ini tentu kesalahan saya. Bahwa saya tak bisa dengan segera menangkap apa yang ingin ia disampaikan mengingat efek strok masih membuatnya kesulitan berbicara.

"Sudah punya pacar?" begitu pertanyaan yang akhirnya diajukan.

Saya tersenyum. Tersadar bahwa suasana mellow ini tak hanya disebabkan karena rasa iba Sang Bunda akan kondisi saya saat ini, tetapi juga karena saya yang memang mudah sekali terenyuh dengan sosok perempuan yang begitu keibuan di hadapan saya. Mungkin, saya merindukan masa-masa berbincang dengan  ibu saya sendiri.

"Belum. Mohon doanya aja yaa Bu," pinta saya.

"Iya. InsyaAllah pasti datang. Allah sudah siapkan," katanya lembut.

Keharuanpun hadir kembali.

Tak sampai lima belas menit saya di sana, saya akhirnya memutuskan untuk pamit pulang. Sesungguhnya saya ingin sekali berbincang lebih lama dengan beliau. Tapi kondisi kami berdua sepertinya tidak cukup baik. Ibu kawan saya sesekali masih meneteskan air mata saat memandang wajah saya. Sayapun tak sanggup berlama-lama menahan bendungan airmata. Saya tak ingin larut.

Sesampainya di rumah, saya sempat mampir sejenak ke rumah saudara, menyeruput es kelapa muda bersama tante dan sepupu saya. Hari ini tante saya ulang tahun. Tanggalnya sama dengan kelahiran saya. 7 Juli.

Saya lalu pulang. Dan memutuskan untuk tidur sejenak hingga waktu maghrib. Kegiatan menangis -entah kenapa- selalu saja membawa efek lelah dan mengantuk buat saya. Mungkin itu juga yang membuat saya "benci" dengan aktivitas yang satu itu.

Saat waktu shalat maghrib tiba, saya terbangun. Air mata saya tumpah lagi. Faktor utamanya karena saya bermimpi dan dalam mimpi tersebut saya mendengar suara ayah memanggil-manggil nama saya -mungkin menyuruh saya sholat-. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir saya bermimpi tentangnya. Meski kali ini hanya suara ayah yang terdengar, tapi saya sudah begitu puas. Saya pikir, ini adalah kado terindah yang Allah berikan di hari ulang tahun saya.

Sesungguhnya sejak tiga tahun yang lalu saya tak terlalu menspesialkan hari lahir. Saya memutuskan menganggapnya sebagai hari-hari yang biasa. Sayapun tak lagi mengucapkan milad ke teman-teman yang berulang tahun. Terkadang kita memang butuh momen untuk saling berkirim doa dan memberi hadiah. Tapi, di hari lainpun sebenarnya bisa juga dilakukan.

Hanya, saya tetap tak bisa menafikan bahwa keluarga besar saya menganggap hari ulang tahun itu sebagai hari yang spesial. Tentu tak ada tradisi tiup lilin atau pesta yang berlebihan. Hari ulang tahun biasanya diisi dengan syukuran, kumpul-kumpul keluarga, makan-makan, dan memberikan doa terbaik kepada yang berulang tahun.

Di keluarga saya sendiri, ayah selalu menjadi orang pertama di rumah yang memberikan ucapan milad. Kadang, ia mengawalinya dengan sebuah pesan singkat di handphone. Atau langsung memberi ucapan selamat saat matahari mulai terbit. "Selamat ulang tahun, Cantik," katanya sambil mengecup kening saya.

Ini adalah tahun pertama saya kehilangan "ritual" milad tersebut. Dan rasanya sedih sekali.


***
di balik 3 jendela,
7 Juli 2013 pk. 23.55 wib
Terima kasih atas doa terbaik yang dihaturkan oleh keluarga dan sahabat kepada saya hari ini.
Semoga Allah mengabulkan.

May 13, 2013

Arti Rindu


jika rindu berarti berurainya airmata kala mengingatmu
maka biarkan aku terisak lebih lama lagi

agar kau tahu,
bahwa rindu ini mengalir
seiring kenangan bersamamu

ayah...

***
di balik 3 jendela,
13 Mei 13 pk.  23.40 wib
gambar dari sini

April 21, 2013

Antara Aku dan Leyla Hana


"Masih banyak tokoh wanita yang jauh lebih baik & lebih layak dijadikan tokoh nasional, tapi kenapa harus Kartini? Mungkin salah satu penyebabnya karena dia menulis." - Satria Nova
Sehari menjelang hari yang diperingati sebagai Hari Kartini, seorang teman di Facebook menulis status di atas. Menarik. Yang paling saya suka dari sosok Kartini memang tarian penanya. Di usianya yang terbilang muda, ia begitu pandai menuangkan gagasan dan kesannya ke dalam tulisan.


.
.
.

mau nyiapin kue buat milad adek dulu. tulisannya dilanjut nanti yaa! #jiaaah ^^v

April 20, 2013

Pelayan Professional

Tadi malam saya dan kawan-kawan ditraktir makan di Roti Bakar Edi (RBE) Cabang Margonda yang belum lama buka. Lokasinya di seberang Gramedia Depok. Strategis banget kan? Tempatnya juga cozy. Ada dua lantai dengan parkiran yang cukup luas. Tapi yang bikin saya heran sebenernya adalah warga Depok -dan Jakarta- kok kayaknya konsumtif banget yaa? Di RBE yang baru buka, pengunjungnya rame. Warung makan yang lain juga kok kayaknya nggak pernah sepi. Yasudahlah #abaikan.


Berhubung saya dan Upa dateng belakangan, kamipun jadi orang yang paling telat memesan makanan.  --Alhamdulillah yah, yang ntarktir masih mau nungguin saya dan Upa yang sebelumnya ada urusan, hehe-- Oke. Pesanan saya sederhana saja. Roti bakar plus es teh MANIS. Upa sendiri memilih kwetiau goreng dan air mineral botol yang dingin.

Beberapa saat kemudian, roti coke saya datang. Disusul oleh kwetiau pesanan Upa dan beberapa menu  tambahan yang juga dipesan teman. Tapi minumnya belum diantar. Oh, yaudah, ditunggu lagi aja.

Pesanan minuman yang tak kunjung datang awalnya sempat terabaikan. Saya dan Upa toh masih asyik mengobrol. Hingga rasa seretpun mulai hadir di kerongkongan Upa. Saya sih biasa minum di awal atau setelah makan. Tapi buat beberapa orang, minum di selasela aktivitas makan itu perlu.

"Kok minumnya belum dateng juga yaa?" tanya Upa.

Mie dan roti di atas piring tinggal setengah porsi lagi tapi minumnya belum jua datang.

"Entahlah," balas saya bingung.

Upa lantas memanggil seorang pelayan. Sang Pelayan kemudian datang dan menghampiri meja kami. Ia mengangguk-angguk saat Upa mengonfirmasi pesanan kami yang belum diantar. Sayangnya, yang saya amati, Si Masnya kok kayaknya lagi ribet yah. Saya khawatir permintaan kawan saya itu dianggap angin lalu saja. Yang saya tangkap, ada beberapa pengunjung yang juga meminta pesanannya segera diantar. Sebenarnya saya melihat pelayannya sudah cukup banyak, tapi entah kenapa segalanya jadi tampak ribet.

Dan keraguan saya pun terjawab. Beberapa menit berlalu sedangkan minuman kami tak kunjung diantar.

Upa, yang memang sudah kehausan, memilih untuk menghampiri seorang pelayan lain. Dari kejauhan, saya melihat Upa berbincang dengan pelayan yang sedang membawa dua gelas jus stroberi di atas nampan. Saya nggak bisa mendengar apa yang Upa bicarakan. Tentunya soal pesanan kami sih --yaa memang apalagi :P-- Namun tak lama, Upa kembali ke tempat duduknya.

"Seandainya semua pelayan bisa bersikap professional, yah!" celetuk saya.

Upa yang masih nggak ngerti saya ngomong apa cuma bisa menatap saya lekat. Mungkin dalam hati dia mau bilang, "Maksudnya?"

"Tadi aku ngeliat Masmas Pelayannya serius banget dengerin pesanan Upa. Kalau yang sebelumnya kan kayak nggak konsen gitu. Feeling aku pesanannya bakal diantar sebentar lagi, nih!" lanjut saya.

"Sayang nggak tahu namanya. Kalau tau kan aku bisa panggil dia lagi."

Ah! Do you know?
Pesanannya benarbenar diantar oleh pelayan yang disambangi Upa, loh!

Rasanya senang aja gitu menemukan ada pelayan yang menjalankan tugasnya dengan baik. Bukan juga karena pembeli adalah raja yah, tetapi ketika seseorang bisa bertanggung jawab dengan pekerjaannya --nggak mesti seorang pelayan restoran-- saya sungguh mengapresiasinya.

Dan tak lama setelah Sang Pelayan menjauh dari meja kami, saya berseru ke Upa, "Aku tahu siapa nama pelayan itu!"

Buat temanteman yang suatu saat nanti ke RBE Margonda, isengiseng perhatikan pelayan dan nama yang tertera di dada kanannya deh. Hahaha. #PentingBanget :P


***
di balik 3 jendela,
21 April 2013 pk. 23.55 wib
di antara beritaberita membahagiakan. Baarakallahu lakuma :)

*foto dari sini

BAW dan Kopdar Yang Berkesan

Pasca tergusur dari Kampung Multiply beberapa waktu yang lalu, sejujurnya saya berada di antara dua rasa: sedih dan bahagia. Sedih karena interaksi dengan teman-teman MPers -sebutan untuk blogger Multiply- tak seintens dulu. Tapi juga bahagia karena saya menemukan satu komunitas maya yang baru, yang mampu memberikan kehangatan dan keakraban seperti ketika berada di Multiply.

Begitulah. Sebelum blog saya di Multiply benar-benar lenyap, sebenarnya saya sudah bergabung di satu grup menulis di Facebook yang menuntut perhatian lebih -kalau nggak mau di-remove. Yah, grup ini memang spesial banget. Dari sekian banyak grup menulis yang saya ikuti, grup inilah yang paling unik.

Be a Writer namanya.

Saya beruntung sekali bisa menjadi bagian dari Be a Writer (BAW) sejak awal grup ini terbentuk sekitar Oktober 2011 lalu. Sang Penggagas, Leyla Hana, merancang BAW menjadi secret group yang berisikan seratus orang penulis dan calon penulis. Setiap harinya kami menyerap ilmu yang dibagikan oleh mentor-mentor serta penulis yang karyanya telah terpajang di toko-toko buku seluruh Indonesia. Ada jadwal harian yang harus dipatuhi member. Ada proyek menulis bareng. Ada kegiatan sosial.

Dan yang tak kalah seru: ada kopdar yang penuh manfaat.

Yaph. Dari sekian banyak momen bersama BAWers, salah satu yang meninggalkan kesan mendalam adalah kopdarnya. Bisa dibilang, ini adalah kopdar perdana saya dengan komunitas yang terbentuk lewat Facebook. Kopdar memang bukan hal yang asing buat saya. Sebelumnya, kegiatan ini sering saya lakukan bersama teman-teman MP. Tapi itupun baru terjadi setelah bertahun-tahun ngeblog. Sedangkan kopdar dengan BAW, nyatanya terjadi dalam waktu kurang dari sebulan sejak saya bergabung dengan grup "gratisan" ini. Wah!

Kopdar Perdana di Gramedia
di antara emak2 keren!
Kopdar perdana dengan teman-teman BAW berlangsung tanggal 18 November 2011. Saat itu, Mba Leyla selaku kepsek grup mengajak para anggota menemaninya untuk bincang-bincang dengan Mba Linda, salah satu editor Penerbit Quanta, lini dari Elex Media Komputindo.

Saya nggak mau melewatkan kesempatan berharga itu. Meski belum begitu akrab dengan sesama anggota BAW, saya memberanikan diri untuk ikut. Maka, hari Jumat itu, untuk pertama kalinya saya bertemu Leyla Hana -yang karyanya pertama kali saya baca ketika masih berseragam putih abuabu- dan teman-teman di grup BAW: Mba Linda, Mba Izti, Mba Anik, dan Mba Nda.

Kopdar di Agromedia
BAWers dan Mba Iwied (kanan)
Beruntung saya tinggal di Jakarta. Dan beruntung pula saya bisa mengenal Mba Leyla yang super baik. Tanggal 9 Mei 2012 itu seharusnya ia cukup datang sendiri ke kantor Agromedia untuk berdiskusi tentang naskah dengan Mba Iwied, editor Bukune. Namun, lagi-lagi ia mengajak kami untuk turut serta agar bisa menyerap ilmu di sana.

Di kopdar yang kedua ini, saya akhirnya bisa bertatap muka dengan anggota yang lain: ada wakasek: Mba Eni, ada Mba Syifa, Mba Elita, dan Mba Yentri. Berinteraksi lewat grup setiap hari membuat kami begitu akrab layaknya keluarga.

Kopdar di Penvill

sesuatu banget deh bisa ketemu Mba Lyta & Mba Santi :">
2 Juni 2012. Lagi-lagi ada yang spesial di kopdar BAW. Meski kopdarnya dilakukan di food court Pejaten Village, tapi tetap ada ilmu menulis yang bisa dipetik, loh! Apalagi saat itu hadir dua tamu jauh: Mba Riawani Elyta, sang wakasek dari KepRi dan Mba Santi Artanti, Si Putri Solo :P

Dalam kopdar kali ini, ada lagi penghuni grup yang akhirnya bisa dijabat tangannya secara langsung: Mba Ade, Mba Viana, Mba Yusi, dan Neng Pita.

Kopdar di IBF
Lama nggak berpartisipasi dalam kegiatan kopdar, akhirnya tanggal 9 Maret 2013 yang lalu, saya hadir kembali dalam kopdar yang berlokasi di IBF. BTW, masih bisa disebut kopdar nggak yaa? Pasalnya, beberapa yang hadir udah sering ditemui di kopdar sebelumnya, hihi.. Cuma satu yang baru pertama kali ditemui: Mba Aida MA. Huaaa.... Masih nggak nyangka deh kalau saya bisa berkenalan dengan para penulis handal. Moga saya bisa menyusul jejak mereka. Aamiin...

Kopdar di Kafe Tjikini
makin heboh kalau BAWers udah kumpul ^^a
Nah, yang masih fresh dalam ingatan adalah kopdar yang diadakan tanggal 14 April 2013 yang lalu ini. Kami diundang oleh Mba Shabrina WS yang akan me-launching bukunya bersama dua pemenang lomba novel Qanita Romance yang lain.

Selain bertemu Mba Shabrina, saya juga bersitatap dengan Mba Tuti, Mba Murti & Mba Gesang. 

Ini nih yang saya suka dari kopdar yang diadakan BAW. Nggak cuma kumpul-kumpul, ketawa-ketiwi, foto-foto. Tapi di balik itu semua, ada obrolan seputar buku yang menarik, ada tips-tips menulis yang terbagikan, dan kobaran semangat untuk menghasilkan karya yang bermanfaat.

... kemudian tersadar. Foto-fotonya berisi kaum Hawa semua yaa? xixixi..

BAW kategori boys :P

Aslinya BAW nggak cuma dihuni oleh para wanita aja, loh! Ada beberapa pria yang juga bergabung di komunitas ini. Tapi karena tempat tinggalnya rata-rata bukan di Jakarta, jadilah nggak ada satupun yang bisa hadir ke kopdar BAW. Kalaupun hadir, mungkin akan lebih sering diminta jadi juru kamera juga #eeh

Ah. Saya sendiri berharap suatu hari nanti akan ada kopdar akbar yang bisa menghadirkan anggota BAW, baik yang di luar Jabodetabek maupun yang kini menetap di luar negeri. 

***



Tulisan ini diikutsertakan dalam giveaway perdana Be a Writer. Giveaway ini dibuat dalam rangka launching blog Be a Writer yang akan menampung ilmu-ilmu yang dibagikan di grup BAW di Facebook. BAW juga memiliki akun Twitter: @bawindonesia. Sila di-follow yaa! ^^b

Yuk ikutan Giveaway-nya juga. Yang bukan anggota BAW juga bisa ikutan kok. Ada 16 Paket hadiah untuk 16 pemenang. WOW banget kan?! Cekidot di sini yaa^^b


***
di balik 3 jendela,
20 April 2013 pk. 02.57 wib
Mba Syifa, Mba Aida, Sholich, saya izin pake foto2 kalian untuk giveway ini yaa ^^v
special thanks to Ila: makasih yaa neng udah nyeret aku ke grup yang keren ini!

April 12, 2013

The Strongest People

Terkadang, orang terkuat adalah mereka yang mampu mengasihi melampaui segala kesalahan, menangis di balik pintu tertutup dan berjuang dalam pertempuran yang tidak ada seorang pun mengetahuinya.

Published with Blogger-droid v2.0.10

April 04, 2013

Serba Instant

Bahkan saat menikmati sepiring spaghetti instant, tetiba saja kerindun merasuk.
Aku rindu masakan rumahan.

Published with Blogger-droid v2.0.10

April 01, 2013

Mengawali April

"Kebahagiaan termudah sekaligus tersulit adalah bahagia di atas kebahagiaan orang lain."

Mengawali bulan April ini, ada begitu banyak berita bahagia yang saya dapat. Ada kawan yang mendapat beasiswa menulis dari penerbit besar. Ada yang tulisannya dimuat di koran dan majalah. Ada yang launching buku baru. Ada juga yang promosi buku -yang ternyata merupakan antologi ke-seratusnya- wah!

Dengan segala berita bahagia itu, saya seharusnya turut berbahagia. Oh, tentu saja. Saya memang bahagia dengan prestasi teman-teman di grup menulis saya. Inilah kebahagiaan termudah yang bisa dimiliki setiap orang. Berbahagia di atas kebahagiaan orang lain. Tapi sejujurnya, ada secuil rasa iri, mupeng, yang membuat rasa bahagia itu -pada satu titik- menjadi teramat sulit untuk diekspresikan. Hanya, kemudian saya sadar, saya tak pantas menyimpan keirian itu. Toh saya memang tak berjuang untuk meraih prestasi di bidang tulis menulis tersebut.

Saya lantas mengingat episode terakhir kontes Asian Next Top Model yang ditayangkan di RCTI. Saat itu, Jessica, salah satu peserta yang berada di posisi tiga besar, mendapat pertanyaan dari Nadia Hutagalung, sang juri: "Kenapa kamu baru terjun di dunia modelling di usiamu yang tak lagi muda?" Saat mengikuti kontes tersebut, Jessica memang menjadi peserta tertua dengan usia menginjak 27 tahun. Dalam dunia modelling, karir emas seorang model berakhir di usia 30 tahun. Jessica dianggap terlambat memasuki dunia itu. Tapi Jessica memiliki alasan yang dapat dimaklumi. Keadaan ekonomi yang sulit serta dukungan keluarga yang minim membuatnya harus menahan sejenak langkahnya untuk menggapai mimpi.

Saya tak ingin menjadikan kisah Jessica ini sebagai alasan untuk berhenti berkarya. Namun saat ini fokus saya memang masih terpecah belah: antara mengajar, mengurus rumah, mengembangkan bisnis kecil-kecilan, dan menulis.

Dan dengan berat hati saya katakan bahwa menulis saat ini telah menjadi prioritas terakhir saya T-T

Ini mungkin tentang mimpi-mimpi yang harus diikat kembali. Mungkin juga tentang semangat menggapai mimpi yang harus diiringi dengan disiplin dalam diri. Apapun, doakan saya yaa, teman-teman!

***
di balik 3 jendela,
1 April 2013 pk. 23.42
"Maka, tunggulah aku. Hingga dua purnama berlalu."

Published with Blogger-droid v2.0.10

March 19, 2013

Cerita Maret

Holaaa...

Rasanya (lagi-lagi) menyedihkan saat menyadari bahwa tulisan yang saya buat setiap bulannya hanya satu saja. Ah, kalau seperti ini jadi ingat SMS Pak Iwan, salah satu teman di blog Multiply dulu. Beliau bilang, "Ayo, aktif ngeblog lagi, Mbak."

Nah, kan ketauan kalau saya memang jarang sekali menulis sejak awal tahun 2013 ini -___-"

Kriiik.. Kriiik... Akibat terlalu lama nggak menulis akhirnya otak tumpul, ide-ide sulit diikat, dan rasanya canggung. Ini juga saya memaksakan diri untuk menulis sebenarnya. Jelaslah kalau isinya hanya racauan saja. Tapi mau bagaimana lagi, apa yang ada di kepala saat ini ingin dituangkan saja. Hmmm... belum semua bisa dituangkan sebenarnya.

Saat saya mengetik tulisan ini, waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Harusnya saya sudah tidur karena esok agenda lumayan padat merayap. Tsaaah... Tapi beberapa pakaian masih dalam proses pencucian. Hoho.. emak-emak sekali, bukan? Begitulah, kadang saya ingin beralasan kalau belakangan sebagian waktu saya banyak tersita untuk pekerjaan rumah tangga yang entah mengapa tak ada habisnya >__<"


Ini gambarnya random aja lah yaa. Saya cuplik secara asal dari lepi -kayaknya si adek yang download. Tapi kalo mau diinterpretasikan, mungkin ini bisa jadi perwakilan diri saya yang ingin bilang: "saya ngantuuuk... tapi cucian belum selesai dibilas."

BTW, belakangan saya berusaha menanamkan jargon ke dalam diri saya: MENGELUH ITU MEMBUANG WAKTU!" Yaa seperti sekarang ini. Mungkin saya sedang mengeluh, meski lewat tulisan. Tapi seharusnya saya bisa mengerjakan pekerjaan lain, kan yaa? Update info2 lomba misalnya --tau nggak? postingan saya yang berjudul Daftar Info Lomba Menulis 2013 itu cukup memberi kontribusi besar atas bertambahnya kunjungan di blog saya ini loh. asik asikkkk-- ; atau saya bisa melakukan hal yang lain --yang lainnya itu apa aja, aduuuh, ini udah tengah malam, saya males mikir lagi, huhu--

.
.
.

Yaudah deh yaa... sekian cerita saya di bulan Maret. Nggak jelas banget yah?
Loh, kamu baca tulisan ini sampai akhir? Hebat! Padahal isi tulisan ini aseli nggak penting!
Tapi, terima kasih karena sudah membaca sampai akhir. ^__^

Doakan ke depan Ai bisa lebih handal dalam membagi waktu hingga bisa aktif ngeblog lagi. Tentunya berharap yang tertulis hanya yang bermanfaat saja. Tentang tulisan kali ini, mohon dianggap sebagai pengecualian. Anggap saja saya sedang melemaskan otot-otot jemari lagi ^^v

Oyasuminasai, minna....!

***
di balik 3 jendela,
19 Maret 2013 pk. 12.10 wib
pesan sponsor: cuci kaki cuci baju sebelum tidur ^^"

February 10, 2013

One Day with Asma

Holaaaa...

Aih aih, lama nian saya tak mampir ke blog yang satu ini. Tentunya bukan karena nggak cinta atau karena nggak sayang, tapi tepatnya sih karena lagi males nulis. Duh, klise banget yaa? Dan berhubung modem sebulan nggak diisi, jadinya yaa gini deh. Malesnya berlipat-lipat. #MohonJanganDitiru

Apa kabar man teman? ^__^

Hari ini saya kedatangan tamu spesial. Namanya Asma. Bukan Asma Nadia tapi yah? Hihi. Dia Asma, adik kelas saya di kampus.Setelah kami lulus, tak sengaja saya bertemu kembali dengannya di departemen tercinta. Dari hasil ngobrol-ngobril, diketahuilah kalau adik yang satu ini suka membaca dan menulis juga. Maka, kunjungannya kali ini pun terkait dua hal itu, tepatnya, Asma ingin diajarin cara bikin blog.

Asma and her notebook
Seneng deh kalo ada yang minta diajarin bikin blog. Meski aku nggak jago2 banget dalam hal pengoperasian blog termasuk bagaimana mempercantik tampilannya, tapi minimal bisa berbagi ilmu dasar seputar blogging. Harapannya, ini jadi awalan bagi Asma untuk terus menulis. Bagaimanapun, saya pikir, punya hobi nulis tapi nggak punya blog rasanya kurang lengkap aja. Bukan begitu?


***
di balik 3 jendela,
10 Februari 2013 pk. 18.02 wib
Sssst.. sebenarnya judulnya agak lebay. Asma nggak seharian di rumah saya kok. Dia berkunjung dari siang hingga sore aja. ^^v

January 01, 2013

Daftar Info Lomba Menulis & Giveaway 2013

Lomba menulis emang nggak ada matinya. Tiap bulan, tiap tahun, adaaaa aja lomba dengan beragam tema yang disajikan. Dan postingan ini berusaha merangkum lomba-lomba yang menarik minat saya -atau mungkin juga kamu- untuk mengikutinya. BTW, berhubung saya agak-agak malas membuat postingan khusus perbulannya, maka postingan ini akan berlaku selama setahun. Lomba yang telah lewat deadline akan saya hapus dan diganti dengan info lomba baru lainnya. Selamat berkompetisi! ^^

Non Fiksi:
  1. Lomba Blog Pojok Pulsa (DL 31 Mei)
  2. Lomba Blog Sahabat Marina (DL 31 Mei)
  3. Lomba Menulis Ummi 2013: Tamu Kita (DL 1 Juli)

Fiksi: 
  1. Lomba Menulis Novel Teen & Young Adult Bukune (DL 31 Mei)
  2. Lomba menulis Fanfiction novel Rhein Fathia (DL 10 Juni)
  3. Sayembara Menulis Novel Islami Bunyan-Bentang (DL 30 Juni)
  4. Lomba Menulis Bluestroberi Icecube Publishing (DL 30 Juni)
  5. Lomba Menulis Novel 7 Deadly Sins (7 Jul)
  6. 100 Days of Romance by Haru Publishing (DL 9 Agust)
  7. Lomba Menulis Ummi 2013: Cerbung (DL 30 Sept)

Resensi Buku:
  1. Novel Surga Sang Pramuria (DL 21 Mei)
  2. Novel Something in Your Eyes (DL 30 Mei)
  3. Compassion by Karen Amstrong (DL 31 Mei)
  4. Novel Cinta Kamu, Aku (DL 31 Mei)
  5. Novel2 Karya Rhein Fathia (DL 10 Juni)
  6. Novel 12 Menit (DL 30 Agt) 
  7. Anugerah Resensor Diva Press 2013 (DL 30 Nov)

Giveaway:
  1. Kuma's Giveway (DL 1 Juni)
  2. 23 Tahun Giveaway (DL 3 Juni)

Kuis:
  1.  #AkuDanMizan (Setiap Jumat pk. 13.00-16.00)
  2. Kuis Buser Penerbit Mizan (Setiap Rabu-Jumat pk.14.00)
  3. Kuis Buku by DivaPress (DL 28 Feb)

BTW, saya mungkin nggak bisa update info ini setiap saat. Jadi, kalau mau cari-cari info lengkap seputar lomba nulis bisa ke sini:
  • http://eventlombaterbaru.blogspot.com/
  • http://lombamenulis.tumblr.com/archive
  • http://ajangkompetisi.com/tag/lomba-menulis
  • https://twitter.com/kuisgratis

.
.
.

Selamat menulis!  ^^b